Kamis, 06 Desember 2007

TOPIK 1 : 7 GAYA HIDUP GOMBAL

PERANAN QCC DALAM GLOBALISASI
MELAWAN PENYAKIT GAYA HIDUP
oleh : Ir. Wahyu S Hadiwardoyo , MM, MBA


Quality Control Circle (QCC), biasanya diterjemahkan dengan nama Gugus Kendali Mutu (GKM), adalah merupakan sebuah kelompok pengendalian mutu pekerja spesialis dari seksi yang sama, beranggotakan 3 s/d 7 orang dari suatu organisasi/ peru sahaan dengan tujuan melakukan peningkatan mutu secara te rus menerus .

QCC banyak diterapkan dalam berbagai bidang usaha, mulai dari perusahaan manufaktur dan selanjutnya berkembang ke bidang usaha jasa, dan dari bidang produksi berkembang ke bidang penunjang .

Apa peranan QCC dalam menghadapi globalisasi ?

Kita tahu bahwa QCC adalah ibarat “wong cilik” dan global adalah sesuatu yang bisa diterjemahkan sebagai besar, luas, umum . Tidakkah ini merupakan sebuah impian belaka ketika tumpuan harapan yang besar hanya dipikulkan kepada para wong cilik ? Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan dia tas, marilah kita coba “kupas tuntas” sehingga kita ketahui apa yang bisa diandalkan dari wong cilik QCC tersebut.

GLOBALISASI
Sejenak kita bicarakan apa sebenarnya globalisasi itu ? Secara pemahaman orang awam yang bukan profesor , saya dapat mengatakan bahwa globalisasi adalah: Dunia tanpa batas; Teknologi alam gaib; Warga negara sebagai manusia dunia yang memiliki hak-haknya; Penguasa global adalah Tunggal .


INDONESIA
Di bagian yang namanya Global, ada Indonesia . Apa yang an da ketahui tentang Indonesia ? Falsafahnya , masih ingat ? Cita-citanya ? Visi dan Misinya ? Presidennya ? DPRnya ?

Indonesia saat ini membutuhkan perubahan, untuk menghin dari roda perubahan jaman yang segera menggilas habis negeri ini. Perubahan-perubahan yang perlu segera ditangani adalah berbagai penyakit sikap mental dan perilaku yang sudah ber kembang biak di negeri ini. Penyakit bangsa yang sudah mele kat sebagai gaya hidup yang kini nyata-nyata menyengsarakan

Coba kita perhatikan gaya hidup berikut ini sebagai pola perila ku sebagian masyarakat kita yang saya sebut sebagai “TUJUH GAYA HIDUP GOMBAL ” , yaitu: GAYA HIDUP NYAMAN; GAYA HIDUP INSTAN; GAYA HIDUP MURAHAN; GAYA HIDUP SPONTAN; GAYA HIDUP MAPAN; GAYA HIDUP SOWAN & SUNGKAN; dan GAYA HIDUP LUPA INGATAN.

GAYA HIDUP NYAMAN
Gaya hidup yang “mau enak ogah kerja” anak muda di tahun tujuh puluhan menyingkatnya MEOK. Ini adalah gaya hidup yang konsumtif, tidak produktif, membeli sesuatu hanya untuk memenuhi hasrat keinginan bukan berpikir tentang produktivi tas yang menghasilkan nilai tambah. Jual beli proyek dengan selisih prosentase untuk sekedar menikmati hasil tanpa kerja keras, menjadi investor dengan “mark-up” yang gila-gilaan se kedar ingin menikmati hasil di awal proyek tanpa memperha tikan beban produksi tinggi yang menekan konsumen. Gaji dan fasilitas, serta uang sidang yang berlimpah dan sulit menghabis kannya sehingga tidak dapat hadir di setiap persidangan. Gaya Hidup Nyaman . . . ternyata menjadi pilihan . . .

GAYA HIDUP INSTAN
Ada susu instan, mie instan , ternyata hidup pun perlu instan . Gaya Hidup Instan terjadi karena seseorang tidak percaya lagi dengan proses. Semua menuntut hasil. Keberhasilan seseorang hanya dilihat dari berapa buah rumahnya, berapa buah mobil nya, termasuk berapa “buah” istrinya . Sebuah investasi tidak cukup dalam waktu 5 tahun, karena hasil investasi akan dinik mati dalam jangka panjang. Jadi tanpa Gaya Hidup Instan para pejabat publik tidak akan mampu meningkatkan kehidupannya secara fantastis dalam jangka waktu 5 tahun. Oleh karenanya Gaya Hidup Instan akan mendorong pejabat tak terpuji untuk menghalalkan segala macam cara, tidak perlu menggunakan proses yang merepotkan, semua sim salabim adakadabra ..... dan ternyata tidak hanya pejabat di tingkat atas, pada tingkat yang paling bawah pun Gaya Hidup Instan . . . . ternyata menjadi pilihan . . . .

GAYA HIDUP MURAHAN
Mari kita jalan-jalan ke Mall, bilamana anda berkeinginan mem beli sesuatu, kira-kira apa yang paling utama dicari ? Semua akan mengatakan cari harga yang paling murah. Kemampuan bangsa kita memang belum sampai pada mutu, tetapi baru sampai pada kriteria murah. Sebagai pembeli kriteria utama anda dalam membeli adalah harga yang murah. Semua orang di negeri ini mencari yang murah, sehingga seorang yang sudah berpendidikan tinggi , professional terlalu amat sangat sulit untuk menawarkan jasa yang tinggi, karena tinggi identik de ngan mahal. Demo masyarakat selalu menggaungkan “turun kan harga” . Padahal harga jual yang tidak bisa tumbuh sama dengan ketidakmampuan majikan menaikkan gaji buruhnya. Slogan turunkan harga harus diganti dengan “naikkan panda patan” . Di Jepang sana nasi goreng dengan telor mata sapi hanya 1000 yen (1987) alias kira2 waktu itu sama dengan Rp.72.000,- setara dengan sepiring nasi goreng di Indonesia kala itu Rp. 750,- Mereka tidak harus demo turunkan harga, karena majikannya mampu menjual produknya dengan harga tinggi, dan mereka menjalani Gaya Hidup TIDAK Murahan . . .

GAYA HIDUP SPONTAN
Saat ini bangsa kita sedang belajar bicara, karena berpuluh ta hun yang lalu bicara itu dibatasi alias tidak bebas. Kebebasan menghasilkan kebablasan, bicara yang bebas kurang memper hatikan sistematika pembicaraan. Orang sangat berani berbica ra, tanpa memperhatikan pandangan dan akal normal. Ada isti lah gengsi di belakang argumentasi, sudah salah ngotot pula. Gaya Hidup Spontan dicerminkan pula oleh orang-orang yang lemah dalam perencanaan kata orang Sunda ”kumaha engke” , ketika di suatu tempat ada orang teriak : ”maling !” maka se mua akan mencari siapa yang lari paling depan, tangkap sege ra, pukuli dan hakimi . Spontan bersifat segera yang seringkali tidak memberi kesempatan berpikir jernih. Perencanaan ma tang yang didukung pemikiran yang jernih akan menghasilkan keputusan yang tepat. Gaya Hidup Spontan tidak mengenal kata-kata : ”begitu aja kok repot”; ”emang gue pikirin” . . . . Lahh. . ya memang buktinya repot dan juga harus dipikirin . ..

GAYA HIDUP MAPAN
Gerakan perubahan akan berhadapan dengan pertahanan ke mapanan. Kemapanan adalah standar keberhasilan saat ini yang sedang dinikmati. Perubahan belum tentu menjanjikan kemapanan pada standar yang lebih tinggi. Itu pendapat orang yang berpihak pada status quo. Padahal, tanpa melakukan perubahan, kemapanan akan menahan kita pada keterbela kangan. Grafik Life cycle menggambarkan bahwa segala sesuatu di muka bumi ini bermula dari tiada, ada, tumbuh, dewasa, berkarya, purna karya dan tiada, hampir dikatakan hidup tidak lepas dari segala perubahan. Gaya Hidup Mapan berorientasi pada kenikmatan sendiri bukan kenyamanan bersama .

GAYA HIDUP SOWAN & SUNGKAN
Ada yang mengatakan bahwa undang-undang tentang BOSS terdiri dari 2 Pasal saja. Pasal 1 mengatakan bahwa Boss itu selalu benar. Sedangkan Pasal 2 mengatakan bahwa Bila Boss salah, maka lihat pasal 1. Undang-undang ini yang de facto ada tetapi de jure mungkin belum dibuat sangat mengilhami gaya hidup sowan & sungkan. Apapun bapak sudah mengatakan demikian, jadi kita hanya menjalankan perintah atasan saja. Jangan hanya dengan sms, kita harus datang salaman dan setor muka itu perlu. Bapak itu nggak suka kalau dikritik . . . (kecuali dikelitik) . . . Jangan usul, bapak sudah mengerti sendiri. Jangan cuma datang kalau ada perlunya saja. Kamu ti dak bisa mandiri tanpa bantuan bapak. Jelek-jelek begini ba pak itu dulu . . . . . . heehhh . . . cape deh . . .

GAYA HIDUP LUPA INGATAN
Sebentar dia berbicara, kemudian lupa apa yang baru disampai kan. Sebentar dia tarok kacamata di meja, lalu segera pula dia lupa dimana kacamata yang dia pasang di atas rambutnya. Sungguh-sungguh bersumpah ketika pelantikan, selanjutnya yang diingat semata-mata jabatan. Berjanji pada pemilih ber bakti pada pembayar. Ini adalah Gaya Hidup Lupa Ingatan. Tak ada ketentuan standardisasi dalam kehidupannya. Perlakuan standar ganda hanya menyenangkan seseorang, tidak bagi orang yang lain. Tak ada aturan bagi dirinya, karena semua da pat diatur. Tak perlu standar untuk segala hal, semuanya be bas, bebas berimprovisasi bagaikan seorang pemain jazz. . bebas . . . . sebebas ingatannya . . . .

PERAN PARA PRAKTISI MUTU
Keberhasilan penerapan konsep pengendalian mutu terpadu (TQM) dalam pekerjaan di berbagai perusahaan, telah menun jukan berbagai kemanfaatannya . Upaya para Praktisi Mutu da lam membina dan mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan mutu meningkat dan semakin semarak. Budaya-budaya mutu banyak yang berhasil ditancapkan . Perusahaan/ organisasi ba nyak yang tumbuh dan berkembang, banyak karyawan yang menemukan jatidirinya kembali, dan ini semua terjadi baru di lingkungan kecil dari wilayah negara kita yang luas ini , yaitu di Perusahaan.

Lalu, apa yang terjadi ketika kita keluar dari komunitas yang sudah berbudaya mutu tadi ? Banyak kemungkinan yang terja di, antara lain ANDA TAHAN, TIDAK TAHAN atau MANA TAHAN .

Sosialisasi budaya mutu di kalangan masyarakat Indonesia pa da akhirnya menjadi kebutuhan yang sangat mendesak , saya mengundang para Praktisi Mutu di Indonesia untuk turut serta memerangi TUJUH GAYA HIDUP GOMBAL diatas dengan mela kukan :

Pemahaman dan implementasi aktifitas mutu yang berawal dari diri sendiri ,

Membina dan menggerakkan kelompok-kelompok kecil agar dalam aktifitasnya merupakan kegiatan yang bersifat improvement dan innovation .

Menghimpun dan mensinerjikan kinerja kelompok-kelompok sehingga menjadi kekuatan, dan berhasil menjadi cermin buda ya bangsa yang diinginkan .

Mempengaruhi dan menggerakkan kekuatan yang lebih luas, memasyarakat sehingga mampu menciptakan budaya bangsa yang bermutu .

Langkah-langkah diatas merupakan perwujudan dari Gerakan Peningkatan Mutu Kehidupan Berbangsa .

PERAN QUALITY CONTROL CIRCLE
Peran Fasilitator dalam menggerakkan Gugus Kendali Mutu ti dak lain sebagai upaya pembinaan bagi para anggota gugus sehingga mereka memiliki paradigma baru tentang gaya hidup yang bermutu , tidak sekedar mengajari tentang metode peme cahan masalah dan teknik kendali mutu saja , tidak sekedar menyusun makalah dan presentasi saja , tidak sekedar menge jar untuk menjadi juara konvensi saja , tidak cuma itu . Membi na Gugus Kendali Mutu harus menekankan pada pembinaan sumberdaya manusia seutuhnya. Pembinaan “basic mentality” menjadi urusan yang paling penting, sehingga melalui Gugus Kendali Mutu kita siap mewujudkan ”Peningkatan Mutu Kehi dupan Berbangsa” dengan memerangi TUJUH GAYA HIDUP GOMBAL .Apakah melalui QCC/TQM kita dapat menjawab tantangan masalah yang ditimbulkan oleh tujuh gaya hidup tersebut ? Coba perhatikan berikut ini :

QCC/TQM selalu bicara tentang efisiensi, efektivitas dan pro duktivitas ini jelas mampu mengikis GAYA HIDUP NYAMAN yang sangat konsumtif .

QCC/TQM selalu berbicara proses dan hasil, berbeda dengan GAYA HIDUP INSTAN yang cenderung ingin cepat menik mati hasil

QCC/TQM selalu berorientasi pada mutu, bukan pada segala sesuatu yang murah, tidak seperti GAYA HIDUP MURAHAN.

QCC/TQM selalu berpikir analitis, sistematis sejalan siklus ma najemen PDCA/SDCA yang digunakan agar tidak ber-GAYA HIDUP SPONTAN

QCC/TQM selalu mencari bagaimana seharusnya, bukan biasa nya, perubahan untuk improvement dan innovation dilakukan terus-menerus tidak seperti konsep GAYA HIDUP MAPAN yang pro status quo

QCC/TQM dengan penjabaran kebijakan dan kegiatan yang bersifat top-down, maka sifat manajemen partisipatif yang disandang TQM membuka jalur bottom-up sehingga mampu mengikis GAYA HIDUP SOWAN & SUNGKAN.

QCC/TQM selalu bersifat komitmen dan konsisten dalam me laksanakan sesuatu karena STANDARDISASI menjadi tumpuan tercapainya JAMINAN MUTU , Standardisasi akan membentuk watak pelaksana untuk selalu hidup berpatokan dan mampu mengikis GAYA HIDUP LUPA INGATAN .

Melihat hal-hal diatas , maka penerapan QCC/ TQM yang seutuhnya sangat membantu dalam mewujudkan “NATION & CHARACTER BUILDING“ yang tempo dulu masih berbentuk slo gan . QCC/TQM akan menjadi bagian penting dalam mewujud kannya. Bagi sebuah bangsa yang ingin masuk ke kancah glo bal tak ada pilihan lain bagi kita, kecuali mengubah gaya hidup, sikap dan perilaku , pola pikir dan wawasan ke arah MUTU .

Mari kita bersatu padu menggerakkan roda-roda sistem yang ada di sekitar kita di mana pun dalam upaya bersama meng gulirkan GERAKAN PENINGKATAN MUTU KEHIDUPAN BERBANGSA .


Terima kasih dan Wassalam ,
Ir. Wahyu S Hadiwardoyo, MM, MBA

Disampaikan dalam Temu Fasilitator di Toyota Astra Motor Manufacturing
Indonesia, Jakarta, 10 Juni 2005

Disempurnakan , 26 Desember 2007

Tidak ada komentar: